Wabah dalam Kacamata Orhan Pamuk

Cut Meurah Rahman
3 min readMay 21, 2021
https://unsplash.com/photos/CPWdziSRYH0

Setelah hampir enam tahun tidak menerbitkan karya.. Penulis asal Turki, Orhan Pamuk tahun ini kembali merilis novel barunya. Orhan Ferit Pamuk atau kerap dipanggil Orhan Pamuk adalah penulis kenamaan Turki sekaligus peraih nobel sastra tahun 2006. Novel yang terbit awal tahun ini berjudul Veba Geceleri (Indonesia: Malam-Malam Wabah) banyak menyita perhatian pemerhati sastra baik di Turki maupun di dunia. Pasalnya di waktu yang sama masyarakat global sedang mengalami Pandemi Covid-19, lantas pemerhati sastra bertanya-tanya apakah buku terbarunya Orhan Pamuk juga membahas terkait pandemi yang masyarakat global alami sekarang.

Bukan hal asing literatur yang membahas berkaitan dengan wabah banyak ditemukan. Kumpulan novella terkait wabah ditulis pertama kali oleh Giovanni Boccaccio abad ke-14, dilanjutkan oleh Daniel Defoe pada awal abad-18 dalam bukunya A Journal of the Plague Year. Penulis kontemporer yang juga melanjutkan menulis dengan tema serupa bisa dengan mudah ditemukan seperti Gabriel Garcia Marquez Love in the Time of Cholera, Albert Camus The Plague, Dan Brown Inferno dan masih banyak lainnya.

Dalam perjalanan karir Orhan Pamuk novelnya bertema wabah bukan hal yang baru pula. Koneksi sastranya terhadap wabah sudah ada sejak ia menulis karyanya berjudul Beyaz Kale (1985). Sedangkan proses penulisan buku Veba Geceleri sudah dimulai ketika ia juga sedang menulis naskah Sessiz Ev (1983). Namun Ia baru serius menyelesaikan naskahnya dalam empat tahun terakhir. Bukunya yang memiliki latar belakang wabah ialah Beyaz Kale dan Kar meskipun dua buku ini tidak secara spesifik membahas wabah. Namun latar belakang wabah yang ditampilkan dalam historical fiction ala Orhan Pamuk selalu terasa berbeda dibanding penulis Barat lainnya.

Dalam buku terbarunya, Orhan Pamuk mengambil latar waktu tahun 1901 pada kuartal ketiga merebaknya kasus wabah di masa Kekaisaran Ottoman. Di sebuah pulau imajiner bernama Minger di sekitaran laut Aegea menyebar wabah yang muncul dari India dan Cina pada 1894. Masyarakat Minger sangat kosmopolitan karena Muslim dan Ortodoks hidup bersama di pulau tersebut. Novel adalah bagian upaya merespon bahwa korban yang jatuh di Asia juga tidak kalah banyak daripada Eropa. Orhan Pamuk menyoroti kegugupan dan ketidakbecusan pemerintah Ottoman kala itu yang dipimpin oleh Sultan Abdulhamid II dalam menghadapi wabah. Mulai dari mudahnya penyebaran berita bohong hingga angka kematian yang ditutupi agar tidak terdengar oleh publik. Selain itu, Orhan Pamuk juga melihat sikap komunitas Muslim yang cenderung bersifat fatalis. Komunitas Muslim yang mayoritas berada di pedesaan dan pemilik toko menolak keras pemberlakuan karantina dengan motif ekonomi. Komunitas Muslim juga menuntut adanya ‘dokter Muslim’ yang bisa dijadikan rujukan kesehatan dimana saat itu mayoritas dokter berasal dari kalangan kristian. Ranah privasi domestik perempuan juga terganggu menjadi faktor lain mengapa wabah ini menyebar begitu cepat.

Meskipun begitu ketika diwawancarai oleh Majalah Duvar, Ia menambahkan bahwa secara keseluruhan Ia meniru gaya Gabriel Garcia dalam bukunya Love in the Time of Cholera. Inti dari buku itu bukan perihal wabah melainkan cinta dan kesabaran. Begitu pula Orhan Pamuk menampilkan ketakutan dan ketidakpastian sebagai dua poin penting dalam novel barunya.

Bibliografi

Cumhuriyet. 2021.”Orhan Pamuktan Salgın Yorumu Bana Acilar içinde Ölme Korkusu Verdı ve Onunla Baş Etmeyi Öğretti”, diakses pada 14 Mei 2021.

Hashamipour, Saman. 2017. “Life in Literature Orhan Pamuk in His Work”, Ankara. Gece Kitaplığı.

Hurriyet Daily News. 2021. “Nobel laureate Orhan Pamuk pens plague story in new novel”, diakses pada 14 Mei 2021.

Öztürk, Şeyda. 2021. “Orhan Pamuk, Veba Geceleri’ni anlattı: Minger Adası Türkiye’yi gösteren bir alegorinin çıkış noktası değildir”, diakses pada 14 Mei 2021.

Pamuk, Orhan. 2021 “Veba Geceleri”, Istanbul. Yapı Kredi Yayınları.

Topçu, Hayrunisa. 2021. “Türk Romanında Salgın Hastalıklar.” İnsan Ve İnsan Dergisi Vol.2.

--

--

Cut Meurah Rahman

A writer, historian, and observer — I’m a philosopher of my thoughts.