Kota Urfa: Sejarah Spiritual Para Nabi Bermula

Cut Meurah Rahman
6 min readMay 9, 2024
Karavan di Urfa (Sumber: Hugo Grothe, Geographische Charakterbilder, Leipzig, 1909)

Urfa, kota di Tenggara Barat Turki, sebelumnya dikenal sebagai Kota Edessa akibat pengaruh periode Helenistik yang menyebar ke beberapa titik di Anatolia. Secara geografis terletak di wilayah Fertile Crescent yang dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban besar kuno. Kota ini telah berganti nama beberapa kali.

Orang-orang Turki di Urfa melancarkan pemberontakan massal selama 62 hari selama Perang Kemerdekaan saat mereka dikepung oleh tentara Perancis. Usaha integrasi wilayah Urfa ke wilayah administrasi Perancis gagal dan untuk mengenang peristiwa tersebut, kata “Şanlı”, yang berarti “mulia”, ditambahkan ke dalam nama kota. Oleh karena itu, kota ini sekarang dikenal sebagai “Şanlıurfa”.

Pada tahun 2022, Urfa dianugerahi gelar sebagai Kota Pariwisata Islam dalam Konferensi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang diselenggarakan di Baku, Azerbaijan. Selain sebagai tempat lahir peradaban besar, Urfa juga diakui sebagai daerah yang dilewati oleh para Nabi dari masa ke masa.

Jejak Kenabian dari Adam Hingga Ibrahim

Seorang Arkeolog Jerman, Klaus Schmidt mengatakan bahwa Urfa sebenarnya ialah Taman Eden dimana Adam dan Hawa diusir akibat memakan apel terlarang. Hal serupa juga diungkapkan David Rohl dalam bukunya Legend: The Genesis of Civilization. Selain itu Majalah Der Spiegel Jerman menjadikannya sebagai tajuk utama tahun 2006. Menurut Rohl, Adam dan Hawa hidup dan menghabiskan waktunya menanam gandum di daerah Harran, letaknya 50 km dari pusat kota Urfa saat ini. Tidak ada bukti ilmiah terkait ini selain dari sumber tulisan maupun lisan yang ditinggalkan seperti Taurat dan Injil.

Sejarawan sekaligus Teolog, Bar Hebraeus (1226–1286) mengatakan bahwa Urfa merupakan kota pertama yang dibangun setelah banjir besar Nuh.

Nabi Ibrahim, yang dianggap sebagai Bapaknya Para Nabi dalam agama Samawi, lahir dan besar di Urfa, saat ini berada di lokasi bernama Balikligol. Di sini, kisah Ibrahim terdeskripsikan dengan baik. Ibrahim menyuruh orang-orang untuk berhenti menyembah berhala saat Raja Babilonia, Namrud berkuasa. Namun Zeliha, putri Raja Namrud, mempercayai dan menyukai Ibrahim.Namrud murka lalu memerintahkan untuk melemparkan Ibrahim ke dalam bara api. Pada saat yang sama, Zeliha juga melemparkan dirinya ke dalam bara api tersebut. Berkat kemukjizatan-Nya bara api yang panas itu berubah menjadi Danau Balikli dan kayu yang terbakar menjadi ikan. Danau Air Mata Zeliha (Ayn Zeliha Golu) juga terbentuk di tempat Zeliha melemparkan dirinya ke dalam bara api.

Kastil Urfa, di bawahnya terdapat Danau Air Mata Zeliha (Sumber: Christine Gardon collection)

Kebenaran mengenai sosok Raja Namrud yang menjadi penguasa di Babilonia sangat sulit ditemukan. Para sejarawan mempunyai banyak teori salah satunya ialah sosok Namrud merupakan Naram-Sin, cucu dari Raja Sargon I dari Kerajaan Akkadia.

Urfa memiliki kemistisan yang kuat, termasuk tempat kelahiran Nabi Ibrahim yang terletak di dalam gua berdekatan dengan tempat ia dibakar. Ibrahim dirawat oleh ibunya selama tujuh tahun. Di gua tersebut keluar air mata air keluar yang dianggap suci dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit, dan saat ini berada di dalam Masjid Mevlid Halil. Orang yang berziarah kerap meminum air tersebut sembari memanjatkan doa.

Ibrahim memiliki empat istri. Namun Sarah dan Hajar yang paling banyak disebutkan baik dalam Taurat, Injil, maupun Al-Qur’an, mereka melahirkan putra-putranya, Ishaq dan Ismail. Keduanya mewarisi risalah Kenabiannya Ibrahim. Ishaq tinggal di kota Harran dan menikah di sana, namun ke mana ia bermigrasi selanjutnya tidak diketahui dengan pasti. Lalu ketika Ishaq memiliki Yakub, putranya, ia juga mewariskan risalah kenabian. Yakub melarikan diri dari saudara kembarnya Ishu dan menikahi anak pamannya, Leah dan Rebecca di Harran. Yakub menghabiskan 15 tahun sebagai pengembala dan kemudian pindah ke Kan’an (Palestina) bersama keluarganya saat putranya Yusuf masih berusia dua tahun.

Ayub juga merupakan keturunan Ibrahim. Ia datang dari Damaskus dan menghabiskan waktunya saat sakit di distrik yang sekarang dikenal Eyyubiye di kota Urfa. Ayub terbaring sakit di sebuah gua dan sumur air yang konon dirawat olehnya. Saat sakit itulah ia meminta kepada Tuhan untuk disembuhkan maka Tuhan memerintahkannya memukul tanah dengan tumitnya hingga menyembur air. Dari air tersebut lukanya dapat disembuhkan. Hingga kini makam Ayub, sumur, dan air bersih itu masih mengalir. Ayub diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai sosok penyabar.

Kota ini juga dikaitkan menjadi tempat singgah Musa yang melarikan diri setelah dengan sadar membunuh seorang Koptik di Mesir. Sebelum akhirnya Musa tinggal dan mendapatkan pendidikan oleh Syuaib di daerah sekitaran Palestina dan Mesir.

Selain dua Ibrahim dan Ayub, Ilyasa juga mewarnai sejarah jejak-jejak kenabian di kota Urfa. Ilyasa mendakwahkan ajarannya kepada orang-orang Israil mengikuti langkah pamannya Ilyas. Dalam catatan kitab suci, Ilyasa memiliki keinginan bertemu Ayub. Namun Ayub telah wafat terlebih dahulu. Jejak-jejak kenabian Ilyasa lalu dilanjutkan oleh Zulkifli yang merupakan keponakannya. Keduanya dimakamkan di distrik Egil, wilayahnya masuk ke dalam administrasi kota Diyarbakir. Al-Qur’an mengabadikan sosok Ilyasa dan Zulkifli pada surah Al-An’am ayat 86 dan Sad ayat 48 sebagai orang paling baik di muka bumi.

Para Ilmuwan Menjawab Migrasi Para Nabi

Arkeolog Turki, Muazzez İlmiye Çığ dalam karyanya Ibrahim Peygamber: Sumer Yazılarına ve Arkeolojik Buluntulara Göre (Nabi Ibrahim: Berdasarkan Catatan Sumeria dan Temuan Arkeologi) menyebutkan bahwa Ibrahim berasal dari bahasa Aramaic, Abram yang berarti Bapak Bangsa. Sedangkan istrinya, Sarah, berasal dari kata Sara yaitu Ibu dari Para Perempuan. Nabi Ibrahim, Ishaq dan Yakub diperkirakan hidup sekitar 1800–1900 SM.

Masjid Urfa dan Danau Air Mata Zeliha, sekitar tahun 1919–1920 (Sumber: Pastor Gabriel Bretocq, Archives départementales de l’Eure. Fonds Gabriel Bretocq)

Menurut Sejarawan Yahudi, Max Dimont, dalam karyanya Jews, God, and History menyatakan bahwa pada saat itu tidak ada kabilah bernama Ibrani maupun Arab. Sehingga tidak relevan menyebutkan sosok tersebut hanya bagian dari sejarah satu kabilah. Menurut Max, sejarah kelahiran Ibrahim merupakan titik awal dari sejarah Yahudi. Pandangan ini menempatkan Ibrahim sebagai tokoh penting bagi tiga agama Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Menurut Çığ untuk menjawab persoalan migrasi nabi-nabi ke kawasan Anatolia Tenggara dimulai ketika Ayahnya Ibrahim, Terah, saudaranya Nabor, serta keponakannya Nabi Luth migrasi dari Ur ke Harran. Ur merupakan ibukota dari Kerajaan Sumeria terletak di pesisir Teluk Persia dekat muara sungai Eufrat. Namun spekulasi bahwa mungkin saja Ur ialah nama kuno dari Urfa. Kemiripan ini terlihat dari penamaan Urfa dari Ur, Urha, Ur-hai, Al Ruha, Edessa, Antiokhia dan beberapa nama lain. Hal mungkin saja karena Urfa telah menjadi pusat peribadatan pada masa itu. Sedangkan Harran mempunyai makna jalan karena telah menjadi tempat persinggahan penting untuk Iran, Mesopotamia, Suriah, dan Anatolia.

Pada akhirnya keturunan Nabi Ibrahim tidak lama bertahan di Urfa lalu bermigrasi ke Palestina. Menurut para peneliti, alasan migrasi tersebut karena sosok Ibrahim tidak hanya sebagai pemimpin masyarakatnya melainkan ia seorang pedagang. Sehingga tidak hanya aspek kepemimpinan yang dapat ditonjolkan dari kisah para nabi namun juga aspek kehidupan.

Hikmah dari Kisah Para Nabi

Kisah perjalanan para Nabi memiliki banyak pelajaran yang berharga untuk dipelajari dan dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, kisah keteguhan iman dan pemikiran rasional yang dipraktikkan oleh Ibrahim dan hikmah kesabaran yang dicontohkan oleh Ayub. Pembelajaran-pembelajaran semacam ini seharusnya diambil ibrahnya oleh umat manusia saat ini agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk orang Yahudi, Urfa merupakan tempat penting yang disebut Arz i Mev’ut. tanah yang dijanjikan karena Abraham, Yakub dan Musa. Sedangkan peninggalan paling berharga untuk umat Kristiani ialah Saputangan dan Kain Kafan Suci. Artefak berharga ini saat ini berada di Katedral Santo Yohanes di kota Torino, Italia. Kain ini awalnya dibawa oleh Raja Abgar V di kota Urfa, saat itu bernama Edessa.

Urfa dikenal sebagai kota yang penting bagi umat Islam karena merupakan kota Ibrahim dan Ayub. Keturunan Ibrahim memulai kehidupan dan berdakwah bermula di kota ini. Ilyasa dan Zulkifli juga dimakamkan disini. Musa juga pernah tinggal di kota ini sebagai tempat perlindungan setelah membunuh seorang Koptik di Mesir. Urfa dijuluki “Kota Para Nabi” atau “Tanah Para Nabi” karena telah menghasilkan para pemimpin agama.

Hikmah paling penting dari memahami perjalanan risalah kenabian bersama adalah sikap moderasi beragama dan menjaga serta menghormati perbedaan umat beragama untuk mencegah terjadinya konflik atau hal yang tidak diinginkan.

--

--

Cut Meurah Rahman

A writer, historian, and observer — I’m a philosopher of my thoughts.